Pengertian Fonem


BAB I
PENDAHULUAN

Kegiatan berbahasa manusia selain secara lisan juga secara tulisan. Bunyi bahasa yang semula terwujud dalam bentuk bunyi atau suara dalam bahasa tulis, bunyi-bunyi tersebut akan terwujud dalam bentuk lambang bunyi yang disebut dengan huruf. Dalam hal itu harus disadari bahwa huruf sebagai wakil dari bunyi atau sebagai lambang bunyi tidak akan mampu mewakili secara lengkap dan sempurna.
Sebenarnya kita merasakan perbedaan dalam bunyi bahasa, namun kita pun tahu bahwa perbedaan itu tidak penting secara tidak sadar, sebenarnya bunyi yang banyak dan berbeda-beda itu telah kita kelompokkan dalam satu kesatuan dalam bunyi yang penting untuk menandai perbedaan arti itu. Selanjutnya, kesatuan bunyi itu kita sebut morfem atau dengan kata lain fonem adalah kesatuan bunyi terkecil yang fungsional yang mampu membedakan makna atau arti kata.






BAB II
PEMBAHASAN

I.       Pengertian Fonem
Fonem adalah satuan terkecil bunyi bahasa yang fungsional yang dapat membedakan makna atau arti kata. Umumnya bunyi bahasa dibedakan atas vokal dan konsonan. Bahasa Jerman mempunyai 40 fonem yaitu 25 fonem konsonan dan 15 fonem vocal.
a.      Fonem vokal bahasa Jerman
Bahasa Jerman ditulis menggunakan aksara Latin. Sebagai tambahan dari ke-26 huruf yang ada terdapat tiga simbol untuk vokal dengan umlaut: ä, ö dan ü, ditambah Eszett atau "s tajam": ß. Apabila alat penulisan tidak memiliki simbol-simbol tambahan tersebut, ä, ö, dan ü masing-masing dapat digantikan dengan "ae", "oe", dan "ue", serta ß digantikan dengan "ss.
Namun pada dasarnya terdapat 15 fonem vokal. Ada 4 fitur yang digunakan yaitu posisi lidah vertikal (vertical Zungenlage / Öffnungsgrad), posisi lidah horizontal (Horizontale Zungenlage / Klangfarbe), bibir bulat ( Lippenrundung) dan tegang / kendor (gespannt/ ungespannt).






Wort
Zungenposition
Horizontal/ Klangfarbe
Zungenposition
Vertical/ Öffnungsgrad
Weiterenotwendige Unterscheidungmerkmale
(Rundung/Länge/Gespanntheit Zungenposition bzw. Öffnungsgrad
fragte (a:)
Zentral
Niedrig / Offen
Lang
Vortrag (o:)
Hinten
Mittel / Mittel
Gespannt
Wahn ( a:)
Zentral
Niedrig / Offen
Lang
Sprache (‘)
Zentral
Mittel / Mittel
Mittelhoch/Eher Geschlossen
Zuhörenden  ( Ö )
Vorn
Mittel / Mittel
Gerundet / Gespannt
Auditorium ( ö : )
Hinten
Mittel / Mittel
Gespannt
Stop (ç )
Hinten
Mittel / Mittel
Ungespannt
Sie ( I: )
Vorn
Hoch / Geschlossen
Ungerundet / Gespannt
zügige ( y:)
Vorn
Hoch / Geschlossen
Gerundet / Gespannt
fetten ( E )
Vorn
Mittel / Mittel
Ungerundet / Ungespannt
Nee ( e: )
Vorn
Mittel / Mittel
Ungerundet / Gespannt














b.      Sistem konsonan bahasa Jerman
Menurut Hengartner dan Niederhauser (1993) dalam system konsonan bahasa Jerman bunyi konsonan dihasilkan berdasarkan tempat artikulasi (Artikulationsort) dan cara artikulasi (Artikulationsart). Menurut Ternes (1990), tempat artikulasi pada sistem konsonan bahasa Jerman memiliki lima tempat. Berdasarkan tempat artikulasinya dapat dibedakan menjadi:
1.      Bilabial, yaitu konsonan yang terjadi pada kedua belah bibir; bibir bawah merapat pada bibir atas.
2.      Dental, yakni konsonan yang terjadi pada gigi bawah dan bibir atas; bibir bawah merapat pada bibir atas.
3.      Palatal, yaitu konsonan yang terjadi pada daun lidah dan gusi, dalam hal ini daun lidah menempel pada gusi.
4.      Velar, yakni konsonan yang terjadi pada pangkal lidah dan velum atau langit-langit lunak.
5.      Gottal, yaitu konsonan yang terjadi pada bunyi yang tidak dihasilkan oleh artikulator tetapi oleh penutup glottis secara total.

Sementara, cara artikulasi pada sistem konsonan bahasa Jerman memiliki tujuh cara artikulasi, yaitu berdasarkan cara artikulasinya dibedakan atas:
1.      Letupan (Verschlusslaute). Di sini artikulator sepenuhnya menutup aliran udara, sehingga udara mampat di belakang tempat penutupan itu.
2.      Geseran (Frikative). Di sini artikulator aktif mendekati artikulator pasif, membentuk celah sempit, sehingga udara yang lewat mendapat gangguan di celah itu.
3.      Paduana (Affrikaten). Di sini artikulator aktif menghambat sepenuhnya aliran udara, lalu membentuk celah sempit dengan artikulator pasif. Cara ini merupakan gabungan antara hanbatan dan frikatif.
4.      Sengauan (nasal). Di sini artikulator menghambat sepenuhnya aliran udara melalui mulut, tetapi membiarkannya keluar melaui rongga hidung dengan bebas.
5.      Getaran (vibrant). Di sini artikulator aktif melakukan kontak beruntun dengan artikulator pasif, sehingga getaran bunyi itu terjadi berulang-ulang.
6.      Sampingan (lateral). Di sini artikulator aktif menghambat aliran udara pada bagian tengah mulut; lalu nenbiarkan udara keluar melalui samping lidah.
7.      Hampiran (Approximant). Di sini artikulator aktif dan pasif membentuk ruang yang mendekati posisi terbuka seperti pada pembentukan vokal, tetapi tidak cukup sempit untuk menghasilkan konsonan geseran dan hampiran.
Di bawah ini merupakan tabel sistem konsonan bahasa jerman yang dihasilkan dari perpaduan antara tempat artikulasi dan cara artikulasinya, sehingga menghasilkan  bunyi konsonan bahasa jerman.












c.      Diftong atau vokal rangkap bahasa Jerman
      Disebut diftong atau vokal rangkap karena posisi lidah ketika memproduksi bunyi ini pada bagian awalnya dan bagian akhirnya tidak sama. Ketidaksamaan itu menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, serta strukturnya. Namun yang dihasilkan bukan dua buah bunyi, melainkan hanya sebuah bunyi karena berada dalam satu silabel. Contoh diftong dalam bahasa Jerman /el/ seperti pada kata Riegel ( baut ) dan Schachtel   ( kotak ).

PENUTUP
         Fonem adalah satuan terkecil bunyi bahasa yang fungsional yang dapat membedakan makna atau arti kata. Dalam bahasa jerman terdapat 40 fonem yaitu 25 fonem konsonan dan 15 fonem vocal. Dalam fonem vokal bahasa jerman terdapat 3 simbol terdapat tiga simbol untuk vokal dengan umlaut: ä, ö dan ü, ditambah Eszett atau "s tajam": ß.
         Sedangkan fonem konsonan dalam bahasa jerman menurut Hengartner dan Niederhauser (1993), kosonan dihasilkan berdasarkan tempat artkulasi (Artikulationsort) dan cara artikulasi (Artikulationsart). Menurut Ternes (1990), tempat artikulasi pada sistem konsonan bahasa Jerman memiliki lima tempat yaitu:
1.      Letupan (Verschlussenlaute).
2.      Geseran (Frikative).
3.      Paduana (Affrikative).
4.      Sengauan (Nasal)
5.      Getaran (Vibrant).
Adapun Diftong atau vocal rangkap dalam bahasa jerman disebut diftong atau vokal rangkap karena posisi lidah ketika memproduksi bunyi ini pada bagian awalnya dan bagian akhirnya tidak sama.




2 komentar:

  1. Info yng bagus, cuma mata saya sakit sebab font dn background yg kmu gunakan. Cuba ikut konsep CASPER.

    BalasHapus
  2. Info yng bagus, cuma mata saya sakit sebab font dn background yg kmu gunakan. Cuba ikut konsep CASPER.

    BalasHapus