Alat- alat Produksi bunyi


BAB I
PENDAHULUAN


A.   LATAR BELAKANG
Pada umumnya manusia berkomunikasi melalui bahasa dengan cara menulis atau berbicara. Jika komunikasi dilakukan dengan menulis, maka tidak ada alat ucap yang ikut terlibat di dalamnya. Sebaliknya, jika komunikasi dilakukan melalui berbicara, alat ucaplah yang memegang peranan penting. Alat ucap inilah yang nantinya menghasilkan bunyi bahasa.
Bunyi bahasa merupakan hasil yang dibuat oleh alat ucap manusia seperti; pita suara,
lidah, dan bibir. Bunyi bahasa dibuat oleh manusia untuk mengungkapkan sesuatu. Bunyi
bahasa ini dapat terwujud dalam nyanyian atau dalam tuturan.
Dengan adanya alat ucap pada manusia, kita dapat berkomuniakasi dengan orang lain
secara lisan. Namun, Tidak menutup kemungkinan pula dalam proses menghasilkan bunyi, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi alat ucap ketika menghasilkan bunyi. Ada beberapa permasalahan-permasalahan yang muncul dalam menghasilkan bunyi, anatara lain; bagaimana bunyi itu terjadi, rincian bunyi ujaran, adakah yang mempengaruhi terjadinya bunyi, dan macam-macam bunyi berdasarkan klasifikasi tertentu. Untuk menjawab permasalahan-permasalahan tersebut, makalah ini secara singkat akan menguraikan beberapa hal yang berkaitan dengan produksi bunyi bahasa tersebut.


B.   RUMUSAN MASALAH
            Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya yaitu:
1.   Apa saja alat-alat produksi bunyi?
2.   Bagaimana Proses terjadinya bunyi!




C.   Tujuan  Dan Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dan manfaat penulisan makalah ini, yaitu:
1.      Untuk mengetahui alat-alat produsi bunyi
2.      Untuk mengetahui proses terjadinya bunyi


























BAB II
PEMBAHASAN

Jika kita mendefinisikan kata produksi, maka diartikan sebagai menghasilkan. Sehingga jika kata produksi itu melekat pada kata produksi bunyi, maka dapat diartikan sebagai menghasilkan bunyi. Dalam uraian ini akan dibahas secara singkat mengenai produksi bunyi. Produksi bunyi yang berkaitan dengan bunyi ujar. Produksi bunyi dalam proses pembentukan bunyi ada tiga faktor yang terlibat, yaitu : a) sumber tenaga (udara yang dihembuskan oleh paru-paru), b) alat ucap yang dilewati udara dari paru-paru (batang tenggorok, kerongkongan, rongga mulut dan rongga hidung), c) artikulator (penghambat).
Proses pembentukan bunyi bahasa dimulai dengan memanfaatkan pernafasan sebagai sumber tenaganya. Pada saat kita mengeluarkan nafas, paru-paru menghembuskan tenaga yang berupa arus udara. Arus udara itu dapat mengalami perubahan pada pita suara. Arus udara dari paru-paru dapat membuka kedua pita suara yang merapat hingga menghasilkan cirri-ciri bunyi tertentu. Gerakan membuka dan menutup pita suara itu menyebabkan udara di sekitar pita suara itu bergetar. Perubahan bentuk saluran suara yang terdiri atas rongga faring, rongga mulut, dan rongga hidung menghasilkan binyi bahasa yang berbeda-beda. Bunyi bahasa yang arus udaranya keluar melalui mulut disebut dengan bunyi oral, sedangkan bunyi bahasa yang arus udaranya keluar dari hidung disebut dengan bunyi sengau atau nasal. Adapun bunyi bahasa yang arus udaranya sebagian keluar melalui mulut dan sebagian melalui hidung disebut dengan bunyi disengaukan atau dinasalisasi (Hasan Alwi, dkk: 2005:48).

A.   Alat-alat Produksi Bunyi
Secara garis besar bunyi yang keluar dari mulut manusia bukan suatu peristiwa yang muncul secara tiba-tiba begitu saja tanpa ada proses terjadinya. Secara nyata, bunyi ujar/ bahasa tersebut terjadi ketika diawali adanya udara masuk ke paru-paru. Bermula dari udara itu dihasilkan oleh paru-paru yang diatur oleh gerakan-gerakan teratur dari sekat rongga dada. Apabila udara itu mengalir ke atas, melalui larinx dan farinx, lalu ke depan dan keluar mulut atau hidung atau kedua-duanya, arus udara itu dapat dihambat atau dirintangi pada berbagai tempat seluruh jalan itu dan bentuk dari ruang-ruang yang dilaluinya dapat diubah-ubah. Apabila pada saat bunyi itu keluar dari rongga mulut dan hidung mendapatkan halangan atau penyempitan dan disertai dengan bergetarnya atau tidaknya pita suara maka akan mengasilkan bunyi-bunyi kontoid/ konsonan. Sedangkan, bila saat keluarnya tidak disertai hambatan atau penyempitan pada rongga mulut tetapi disertai penyempitan pada glotis sehingga pita suara turut bergetar maka akan dihasilkan bunyi-bunyi vokoid/ vokal.
Berikut ini bagian-bagian tubuh kita yang berperan dalam melakukan produksi bunyi bahasa. 
1.       Bibir (labia) sebagai pintu penjaga rongga mulut.
2.       Gigi (denta) dibedakan atas gigi atas dan gigi bawah.
3.       Langit-langit keras (palatum) merupakan susunan tulang.
4.       Langit-langit lunak (velum) berfungsi sebagai artikulator pasif sedangkan artikulator aktifnya ialah pangkal lidah.
5.       Gusi dalam (alveolum) berfungsi sebagai artikulator pasif, sedangkan artikulator aktifnya adalah ujung lidah. Bunyi yang dihasilkan oleh gusi disebut bunyi alveoral.
6.       Lidah (tangue) berfungsi sebagai artikulator aktif.
7.       Rongga Kerongkongan (pharynx) berfungsi sebagai saluran makanan dan minuman.
8.       Pangkal Tenggorokan (larynx) adalah rongga pada ujung pipa pernafasan.
9.       Paru-paru untuk pernafasan.



B.   Proses Produksi Bunyi
Secara garis besar, proses produksi bunyi adalah sebagai berikut:
1.      Udara keluar dari paru-paru melelui glotis (celah sempit/lebar) yang dibentuk oleh pita suara. Ukuran celah yang dibentuk oleh pita suara ini berperan dalam menentukan bunyi yang dihasilkan.
Jika glottis menyempit, aliran udara yang melewati celah yang dibentuk oleh pita suara ini mampu menggetarkan pita suara. Pita suara yang bergetar ini menimbulkan suara. Oleh karena itu, bunyi-bunyi yang dihasilkan denagn cara mempersempit glotis disebut bunyi bersuara. Bunyi-bunyi bersuara ini anatara lain adalah [i], [a], [b], [g], dan [m].
Jika glottis terbuka lebar, aliran udara leluasa melewati pita suara. Dalam keadaan yang demikian, pita suara tidak bergetar dan tidak menimbulkan suara. Oleh karena itu, bunyi-bunyi yang dihasilkan dengan cara membuka glottis sepenuhnya disebut bunyi tak bersuara. Bunyi-bunyi yang tak bersuara ini antara lain adalah [s], [f], [p], dan [k].
2.      Getaran udara yang dihasilkan oleh celah dan getaran pita suara itu menuju ke rongga mulut atau hidung sesuai dengan posisi langit-langit lunak atau velum  yang berfungsi sebagai pengatur jalur aliran udara
3.      Jika langit-langit lunak membuka jalan aliran udara menuju ke hidung, articulator yang berada di rongga mulut berfungsi menutup aliran udara. Sebagai akibatnya, uadara sepenuhnya melewati rongga hidung. Perbedaan articulator yang menghambat aliran udara melewati rongga mulut menghasilkan jenis bunyi yang berbeda.
4.      Aliarn udara yang menuju ke mulut – disaat aliran udara ke rongga hidung tertutup – dapat bebas keluar dari mulut tanpa hambatan atau dihambat oleh articulator yang ada di dalam rongga mulut.
Proses artikulasi meruapakan proses produksi bahasa yang paling penting dalam pembelajaran berbicara. Secara sadar dan kasat mata proses atikulasi dapat dilihat dengan mudah, tanpa memerlukan alat bantu. Seseorang yang akan mengucapkan kata-kata, secara sadar mengatur alat ucap yang dimilikinya untuk merealisasikan bunyi kata-kata yang diinginkan. Dalam keadaan normal, manusia tidak perlu memikirkan bagaimana cara menggetarkan pita suara, cara menghembuskan udara, serta cara mengatur jalur aliran udara.
5.      Pada saat aliran udara berhasil melewati rongga mulut atau hidung – yang diatur oleh articulator – bunyi bahasa terdengar. Bunyi yang dihasilkan dengan cara mengalirkan udara melewati rongga mulut disebut bunyi oral. Bunyi yang dihasilkan dengan cara mengalirkan udara melewati rongga hidung disebut bunyi nasal.

C.   Pembentukan Bunyi
Ø Pembentukan Vokal
Cara Pembentukan Vokal
Istilah vokal sebenarnya merupakan vokal kardinal, yakni bunyi vokal yang mempunyai kualitas bunyi tertentu, keadaan lidah tertentu, dan bentuk bibir tertentu, yang telah dipilih dan dibentuk dalam suatu rangka gambar bunyi.
a.       Pembentukan vokal berdasarkan posisi bibir
Berdasarkan bentuk bibir sewaktu vokal diucapkan, vokal dibedakan atas:
1)      Vokal bulat, yakni vocal yang diucapkan dengan bentuk bibir bulat. Misalnya, u, o, dan a.
2)      Vokal tak bulat, yakni vocal yang diucapkan dengan bentuk bibir tidak bulat atau terbentang lebar. Misalnya, i, e
b.      Pembentukan Vokal Berdasarkan Tinggi rendahnya Lidah
Berdasarkan tinggi rendahnya lidah, vokal dapat dibedakan atas :
1)      Vokal tinggi atau atas yang dibentuk apabila rahang bawah merapat ke rahang atas : i dan u.
2)      Vokal madya atau tengah yang dibentuk apabila rahang bawah menjauh sedikit dari rahang atas : e dan o.
3)      Vokal rendah atau bawah yang dibentuk apabila rahang bawah diundurkan lagi sejauh-jauhnya : a.
c.       Pembentukan Vokal Berdasarkan Maju mundurnya Lidah
Berdasarkan bagian lidah yang bergerak atau maju mundurnya lidah, vokal dapat dibedakan atas :
1)      Vokal depan, yakni vokal yang dihasilkan oleh gerakan turun naikknya lidah bagian depan, seperti : i dan e.
2)      Vokal tengah, yakni vokal yang dihasilkan oleh gerakan lidah bagian tengah, misalnya  dan a.
3)      Vokal belakang, yakni vokal yang dihasilkan oleh gerakan turun naiknya lidah bagian belakang atau pangkal lidah, seperti : u dan o.

Ø Pembentukan Konsonan
Pembentukan konsonan didasarkan pada empat faktor, yakni:
a.       Pembentukan Konsonan Berdasarkan Daerah Artikulasi
ü  Konsonan bilabial, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan mempertemukan kedua belah bibir yang bersama-sama bertindak sebagai artikulator dan titik artikulasi. Bunyi yang dihasilkan ialah p, b, m, dan w.
ü  Konsonan lobiodental, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan mempertemukan gigi atas sebagai titik artikulasi dan bibir bawah sebagai artikulator. Bunyi yang dihasilkan ialah f dan v.
ü  Konsonan apiko-dentall, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan ujung lidah yang bertindak sebagai artikulator dan daerah antar gigi sebagai titik artikulasi. Bunyi yang dihasilkan ialah t, d, dan n.
ü  Konsonan apiko-alveolar, yaitu konsonan yang dihasilkan olehe ujung lidah sebagai artikulator dan lengkung kaki gigi sebagai titik artikulasi. Bunyi yang dihasilkan ialah s, z, r, l.
ü  Konsonan palatal atau lamino-palatal, yaitu konsonan yang dihasilkan oleh bagian tengah lidah sebagai artikulator dan langit-langit keras sebagai titik artikulasi. Bunyi yang dihasilkan c, j, Ŝ, ň, dan y.
ü  Konsonan velar atau dorso-velar, yaitu konsonan yang dihasilkan oleh belakang lidah sebagai artikulator dang langit-langit lembut sebagai artikulasi. Bunyi yang dihasilkan ialah k, g, x, dan ή.
ü  Konsonan glotal atau hamzah, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan posisi pita suara sama sekali merapat sehingga menutup glottis.
ü  Konsonan laringal, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan pita suara terbuka terbuka lebar sehingga udara uang keluar digesekkan melalui glottis. Bunyi yang dihasilkan ialah h.
b.      Pembentukan Konsonan Berdasarkan Cara Artikulasi
ü  Konsonan hambat (stop), yaitu konsonan yang dihasilkan dengan cara menghalangi sama sekali udara pada daerah artikulasi. Konsonan yang dihasilkan ialah p, t, c, k, b, d, j, g, dan
ü  Konsonan geser atau frikatif, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan cara menggesekkan udara yang keluar dari paru-paru. Konsonan yang dihasilkan ialah f, v, x, h, s, Ŝ, z, dan x.
ü  Konsonan likuida tau lateral, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan menaikkan lidah ke langit-langit sehingga udara terpaksa diaduk dan dikeluarkan melalui kedua sisi lidah. Konsonan yang dihasilkan ialah l.
ü  Konsonan getar atau trill, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan mendekatkan dan menjauhkan lidah ke alveolum dengan cepat dan berulang-ulang sehingga udara bergetar. Konsonan yang dihasilkan ialah r.
ü  Semi-vokal, yaitu konsonan yang pada waktu diartikulasikan belum membentuk konsonan murni. Misalnya, semivokal (w) dan (y). bunyi bilabial (w) dibentuk dengan tempat artikulasi yang berupa bibir atas dan bibir bawah.
c.       Pembentukan Konsonan Berdasarkan Posisi Pita Suara
Berdasarkan posisi pita suara atau begetar tidaknya pita suara, konsonan dapat dibedakan atas konsonan bersuara dan konsonan tak bersuara.
ü  Konsonan bersuara, yaitu konsonan yang terjadi jika udara yang keluar dari rongga ujaran turut menggetarkan pita suara. Konsonan yang dihasilkan ialah m, b, v, n, d, r, ñ, j, η, g, dan R.
ü  Konsonan tak bersuara, yaitu konsonan yang terjadi jika udara yang keluar dari rongga ujaran tidak menggetarkan suara. Konsonan yang dihasilkan ialah p, t, c, k, ?, f, Š, x, dan h.
d.                        Pembentukan Konsonan Berdasarkan Jalan Keluarnya Udara
Berdasarkan jalan keluarnya udara dari rongga ujaran, konsonan dapat dibedakan atas konsonan oral dan konsonan nasal.
ü  Konsonan oral, yaitu konsonan yang terjadi jika udara keluar melalui rongga mulut. Konsonan yang dihasilkan ialah p, t, c, k, ?, b, d, j, g, f, Š, x, h, r, l, w, dan y.
ü  Konsonan nasal, yaitu konsonan yang terjadi jikaudara keluar melalui rongga hidung. Konsonan yang dihasilkan ialah m, n, ñ, dan η.


























BAB III
KESIMPULAN

·         Produksi bunyi dalam proses pembentukan bunyi ada tiga faktor yang terlibat, yaitu : a) sumber tenaga (udara yang dihembuskan oleh paru-paru), b) alat ucap yang dilewati udara dari paru-paru (batang tenggorok, kerongkongan, rongga mulut dan rongga hidung), c) artikulator (penghambat).
·         bagian-bagian tubuh kita yang berperan dalam melakukan produksi bunyi bahasa. 
1.      Bibir (labia)
2.      Gigi (denta)
3.      Langit-langit keras (palatum).
4.      Langit-langit lunak (velum)
5.      Gusi dalam (alveolum)
6.      Lidah (tangue)
7.      Rongga Kerongkongan (pharynx)
8.      Pangkal Tenggorokan (larynx)
9.      Paru-paru
·         Secara garis besar, proses produksi bunyi adalah sebagai berikut:
a)      Udara keluar dari paru-paru melelui glotis (celah sempit/lebar) yang dibentuk oleh pita suara. Ukuran celah yang dibentuk oleh pita suara ini berperan dalam menentukan bunyi yang dihasilkan.
b)      Getaran udara yang dihasilkan oleh celah dan getaran pita suara itu menuju ke rongga mulut atau hidung sesuai dengan posisi langit-langit lunak atau velum  yang berfungsi sebagai pengatur jalur aliran udara
c)      Jika langit-langit lunak membuka jalan aliran udara menuju ke hidung, articulator yang berada di rongga mulut berfungsi menutup aliran udara.
d)     Aliarn udara yang menuju ke mulut – disaat aliran udara ke rongga hidung tertutup – dapat bebas keluar dari mulut tanpa hambatan atau dihambat oleh articulator yang ada di dalam rongga mulut.
e)      Pada saat aliran udara berhasil melewati rongga mulut atau hidung – yang diatur oleh articulator – bunyi bahasa terdengar
·         Ada 2 jenis Pembentukan bunyi, yaitu pembentukan vocal dan konsonan





















DAFTAR PUSTAKA

Resmini, Novi, dkk. 2006. Kebahasaan 1 (Fonologi, Morfologi, dan      Semantik). Bandung : UPI PRESS.

Chaer, Abdul. 2002. Psikolinguistik. Jakarta : RINEKA CIPTA.

Alwasilah, A, Chaedar. 1993. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung : Angkasa.


http://2011/10/23/fonologi-bahasa-indonesia/html. online (diakses pada tanggal 29 September 2012)




http://indolugu.blogspot.com/2011/01/proses-produksi-suara-manusia.html. online (diakses pada tanggal 29 September 2012)








0 komentar: